Showing posts with label GIDI. Show all posts
Showing posts with label GIDI. Show all posts

Tidak ada yang dapat menghilangkan kami dari tanah suci dan rumah kami

Tidak ada yang dapat menghilangkan kami dari tanah suci dan rumah kami tanah Papua Barat. Tuhan kami ada bersama kami di tanah Papua Barat. Tulang belulang dan roh leluhur kami, orang tua kami, ada di Tanah Papua. 

Tuhan, leluhur, nenek moyang, dan orang tua kami, mereka tidak pergi jauh, mereka selalu bersama kami. Karena tanah Papua Barat adalah rumah kami, Taman Eden kami. Tuhan memberkati Tanah Papua dan memberi kami tempat hidup dan tinggal di tanah Papua dan Dia memberikan kami tanggung jawab untuk menjaga tanah Papua. "Tuhan mengambil manusia (baca: 'Papua') itu dan menempatkannya dalam taman Eden ('Taman Papua'), untuk mengusahakan dan memelihara taman itu" (Kejadian 2:15).

Yang memberikan Tanah Papua kepada leluhur kami adalah Tuhan. Leluhur dan nenek moyang kami dan orang tua kami pernah memelihara dan mewariskan Tanah Papua pada kami. 

Mereka meminta kami menjaga, memelihara rumah ini, bukan merusak atau bukan menjualnya. Papua adalah tanah suci dan tanah harapan masa depan anak dan cucu kami. Tanah Papua adalah ibu kami, Mama kami, hidup kami. Tanah Papua adalah tabungan masa depan anak cucu kami. 

SUMBER OLEH: Dr.SOCRATEZ SOFYAN YOMAN DM.

Ita wakhu purom 16 Agustus 2024

Warga Sipil Disiksa Oknum TNI di Papua, President GIDI: Indonesia Buta Kemanusiaan


Oleh: Makawaru da Cunha I

PAPUAinside.id, SENTANI—Gereja Injili di Indonesia (GIDI), mendorong Komisaris Tinggi HAM PBB turun ke West Papua, untuk menyelesaikan kasus penyiksaan, yang diduga dilakukan prajurit TNI terhadap warga sipil di Papua di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah.

Video yang viral di sosial media itu memperlihatkan aksi penyayatan yang dilakukan prajurit TNI ke punggung warga sipil yang sedang direndam di dalam sebuah drum.

Hal ini ditegaskan President GIDI Pendeta Dorman Wandikbo, ketika dikonfirmasi di Sentani, Jumat (22/3/2024).

Dorman mengatakan pihaknya juga mendorong Komisaris Tinggi HAM PBB menghadirkan pihak ketiga sebagai penengah. Sedangkan Indonesia dan Papua duduk bersama, untuk menyelesaikan kasus kekerasan dan pelanggaran HAM di Papua, yang sudah lama dan luka membusuk teriris hati Orang Asli Papua (OAP) ini.

“Itu sangat penting, kalau tidak kita akan menderita dipukul dan disiksa, seperti ini terus dan tanpa solusi,” tegas Dorman.

Dorman menuturkan, bahkan apabila diperlukan Komisaris Tinggi HAM PBB membuka kantor perwakilan di Papua.

“Ini sangat menolong, jika terjadi kasus kekerasan dan pelanggaran HAM, maka orang Papua langsung mengadu ke Komisaris Tinggi HAM PBB,” tegasnya.

Menurut Dorman, dalam masa reformasi ini sejatinya negara hadir untuk menyampaikan informasi secara terbuka, termasuk kasus kekerasan, pelanggaran HAM, ketidakadilan dan lain-lain.

“Tapi justru reformasi di tanah Papua tidak ada sama sekali, hak dan ruang gerak kami dibatasi, kami tidak menikmati kehidupan yang sesungguhnya, ketakutan yang luar biasa. Kami tidak boleh bicara tentang kebenaran dan keadilan. Kalau kami bicara tentang kebenaran dan keadilan kami dicurigai dan disoroti. Walaupun gereja-gereja di Papua melahirkan kader kader terbaik mereka duduki di kursi legislatif, eksekutif dan yudikatif, tetapi mereka sulit bersuara, karena nyawa mereka pun terancam. Orang pribumi yang hidup seluruh dunia, yang tidak bahagia itu orang Papua,” tandas Dorman, mengutip pernyataan mantan Gubernur Papua, Almarhum Lukas Enembe.

Dikatakan Dorman, kasus kekerasan dan pelanggaran HAM di Papua bukan hal baru, tetapi dilakukan sejak masa Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) tahun 1969.

Meski demikian, jelas Dorman, kasus kekerasan dan pelanggaran HAM di Papua kedepannya akan terus terulang.

“Kekerasan dan pelanggaran HAM membuat orang Papua trauma,” tukasnya.

Tiga Masa

Menurut Dorman, konflik dan kekerasan negara di tanah Papua terjadi dalam tiga masa, yakni di masa Orla, Orba dan Otsus Papua.

Konflik dan kekerasan negara di tanah Papua di masa Orla, seperti Pepera tahun 1969, yang tak melibatkan orang asli Papua, pembukaan PT Freeport tanpa melibatkan orang asli Papua, kemudian pengiriman transmigrasi ke tanah Papua tanpa izin seolah-olah Papua tanah kosong. Padahal di Papua ada orang dan ada kepala suku atau Ondoafi.

Konflik dan kekerasan negara di Tanah Papua di masa Orba, seperti terjadi genosida atau pemusnahan etnis, membangun basis militer, yang dulu disebut ABRI Masuk Desa (AMD).

“Mereka masuk bukan untuk menolong, tetapi justru membunuh laki- laki Papua dan memperkosa perempuan sampai saat ini perempuan-perempuan Papua tidak bisa dapat keturunan, karena penyiksaan yang luar biasa terjadi tahun 1977 dan 1978 oleh oknum TNI, membuat kita lari ke hutan tinggal di hutan selama 2 tahun dan saya salah satu saksi hidup yang jadi President GIDI hari ini,” kata Dorman tegas.

Di masa Orba, terangnya, orang tak mempunyai hak, untuk bebas berbicara, orang tak boleh kemana-mana, juga banyak orang-orang pintar yang ada di Papua dibunuh.

Karena itu, masyarakat Papua mari bersama gereja kita bersatu untuk menaikan “ DOA RATAPAN” Komisaris Tinggi HAM PBB turun di West Papua, bila perlu Perwakilan Kantor Komisaris HAM PBB bangun diatas tanah Papua. **

Warga Sipil Disiksa Oknum TNI di Papua, President GIDI: Indonesia Buta Kemanusiaan

By Makawaru- Maret 23, 20240134

President GIDI Pendeta Dorman Wandikbo. (Foto: Humas GIDI/Mernus Mumbo)
Oleh: Makawaru da Cunha I

PAPUAinside.id, SENTANI—Gereja Injili di Indonesia (GIDI), mendorong Komisaris Tinggi HAM PBB turun ke West Papua, untuk menyelesaikan kasus penyiksaan, yang diduga dilakukan prajurit TNI terhadap warga sipil di Papua di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah.

Video yang viral di sosial media itu memperlihatkan aksi penyayatan yang dilakukan prajurit TNI ke punggung warga sipil yang sedang direndam di dalam sebuah drum.

Hal ini ditegaskan President GIDI Pendeta Dorman Wandikbo, ketika dikonfirmasi di Sentani, Jumat (22/3/2024).

Dorman mengatakan pihaknya juga mendorong Komisaris Tinggi HAM PBB menghadirkan pihak ketiga sebagai penengah. Sedangkan Indonesia dan Papua duduk bersama, untuk menyelesaikan kasus kekerasan dan pelanggaran HAM di Papua, yang sudah lama dan luka membusuk teriris hati Orang Asli Papua (OAP) ini.

“Itu sangat penting, kalau tidak kita akan menderita dipukul dan disiksa, seperti ini terus dan tanpa solusi,” tegas Dorman.

Dorman menuturkan, bahkan apabila diperlukan Komisaris Tinggi HAM PBB membuka kantor perwakilan di Papua.

“Ini sangat menolong, jika terjadi kasus kekerasan dan pelanggaran HAM, maka orang Papua langsung mengadu ke Komisaris Tinggi HAM PBB,” tegasnya.

Menurut Dorman, dalam masa reformasi ini sejatinya negara hadir untuk menyampaikan informasi secara terbuka, termasuk kasus kekerasan, pelanggaran HAM, ketidakadilan dan lain-lain.

“Tapi justru reformasi di tanah Papua tidak ada sama sekali, hak dan ruang gerak kami dibatasi, kami tidak menikmati kehidupan yang sesungguhnya, ketakutan yang luar biasa. Kami tidak boleh bicara tentang kebenaran dan keadilan. Kalau kami bicara tentang kebenaran dan keadilan kami dicurigai dan disoroti. Walaupun gereja-gereja di Papua melahirkan kader kader terbaik mereka duduki di kursi legislatif, eksekutif dan yudikatif, tetapi mereka sulit bersuara, karena nyawa mereka pun terancam. Orang pribumi yang hidup seluruh dunia, yang tidak bahagia itu orang Papua,” tandas Dorman, mengutip pernyataan mantan Gubernur Papua, Almarhum Lukas Enembe.

Dikatakan Dorman, kasus kekerasan dan pelanggaran HAM di Papua bukan hal baru, tetapi dilakukan sejak masa Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) tahun 1969.

Meski demikian, jelas Dorman, kasus kekerasan dan pelanggaran HAM di Papua kedepannya akan terus terulang.

“Kekerasan dan pelanggaran HAM membuat orang Papua trauma,” tukasnya.

Tiga Masa

Menurut Dorman, konflik dan kekerasan negara di tanah Papua terjadi dalam tiga masa, yakni di masa Orla, Orba dan Otsus Papua.

Konflik dan kekerasan negara di tanah Papua di masa Orla, seperti Pepera tahun 1969, yang tak melibatkan orang asli Papua, pembukaan PT Freeport tanpa melibatkan orang asli Papua, kemudian pengiriman transmigrasi ke tanah Papua tanpa izin seolah-olah Papua tanah kosong. Padahal di Papua ada orang dan ada kepala suku atau Ondoafi.

Konflik dan kekerasan negara di Tanah Papua di masa Orba, seperti terjadi genosida atau pemusnahan etnis, membangun basis militer, yang dulu disebut ABRI Masuk Desa (AMD).

“Mereka masuk bukan untuk menolong, tetapi justru membunuh laki- laki Papua dan memperkosa perempuan sampai saat ini perempuan-perempuan Papua tidak bisa dapat keturunan, karena penyiksaan yang luar biasa terjadi tahun 1977 dan 1978 oleh oknum TNI, membuat kita lari ke hutan tinggal di hutan selama 2 tahun dan saya salah satu saksi hidup yang jadi President GIDI hari ini,” kata Dorman tegas.

Di masa Orba, terangnya, orang tak mempunyai hak, untuk bebas berbicara, orang tak boleh kemana-mana, juga banyak orang-orang pintar yang ada di Papua dibunuh.

Karena itu, masyarakat Papua mari bersama gereja kita bersatu untuk menaikan “ DOA RATAPAN” Komisaris Tinggi HAM PBB turun di West Papua, bila perlu Perwakilan Kantor Komisaris HAM PBB bangun diatas tanah Papua. **

Dukung & Doakan Pembangunan "9 Honai Sehat /Ma'no/Mbelai" simbol Baptisan Sulung GIDI 29 Juli 1992

 INFORMASI UMUM:


Dukung & Doakan Pembangunan "9 Honai Sehat /Ma'no/Mbelai" simbol Baptisan Sulung GIDI 29 Juli 1992 dan AULA RAPAT WILAYAH BOGO serta AULA MAKAN sekaligus dalam waktu star Mei 2022 dan target selesai Bulan Desember 2022 di Kelela Klasis Kambo.
BPW & seluruh Klasis se-Wilayah Bogo menyadari bahwa tindakan ini murni Inisiatif "Yang Maha Kuasa" untuk itu Pembangunan ini tanpa Pembentukan Panitia dengan Moto:
"ALA EKE TI ARET, TE'KANIP O".
Untuk itu seluruh Badan Pekerja Wilayah beserta Koordinaator telah dibagi kewajiban fungsi kontrol baik 9 Honai, AULA Rapat, AULA Makan, dan Dapur Masak bersama 3 Daerah Klasis Kambo masing-Masing:
1. Daerah ADELA 5 Jemaat Wajib bangun 3 Honai Sehat atas nama:
Alm. Pdt. Yabingga Yikwa, Alm. Pdt. Nu'nuk Pagawak, Alm. Pdt. Larerep Wanimbo dan
Anak-Cucu dari ketiga Tokoh wajib bergabung untuk mendukung alat bangunan Toko.
2.Daerah BEKASIB 5 Jemaat wajib bangun 3 Honai Sehat atas nama:
Alm. Pdt. Yiawon Yikwa, Alm. Penatua Wuluarek Yikwa, Alm. Pdt. Emedlugun Uaga dan
Anak-Cucu dari ketiga Tokoh wajib bergabung untuk mendukung alat bangunan Toko.
3. Daerah OIKA 4 Jemaat wajib bangun 3 Honai Sehat atas nama:
Alm. Bp. Penatua Wuluarek Kogoya, Alm. Pdt. Ki'marek Karoba,
Alm. Mama GIDI Lawingga Yikwa dan Anak-Cucu ketiga Tokoh bergabung untuk
melengkapi alat Bangunan Toko.
4. Masing-masing Klasis asal ke-9 Tokoh dapat membantu Fasilitas Bahan Lokal= 1 honai
membutuhkan 4 Kubik Balok 4 Meter 5:10, dan 4 Kubik Papan 2 Kubik 3 meter, 2 kubik
4 meter.
5. AULA RAPAT dikoordinir oleh Ketua Wilayah Bogo (Pdt. Potias Pagawak) AULA Makan
dikoordinir oleh Sekjen Wilayah Bogo (Pdt. Mas M. Yikwa, M. Th) dan 9 Honai Sehat
dikoordinir oleh Wakil Ketua Wilayah Bogo (Pdt. Selion J. Tawi Karoba, S. Th)
6. Perlu kami sampaikqn bahwa, ada beberapa Kader GIDI secara perorangan dan Kolektif
telah membantu dalam kegiatan awal berupa BAMAK, BBM & DANA serta DAYA.


Demikian untuk didoakan jika ada dukungan secara pribadi dapat menghubungi kami di No. HP/WA: 081343380100 Sekretariat GIDI BP. Wilayah BOGO


.....SALAM .......BERK,AT KESULUNGAN MENYERTAI KITA SEKALIAN,......AMIN........

Tema: MENGERJAKAN MISI PENYELAMATAN (2) - Nas: Yohanes 19:16b - 27


"Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Mereka membagi bagi pakaian Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit prajurit itu." Yohanes 19:24b

Penderitaan Yesus di kayu salib merupakan cara yang dipilih Bapa untuk membawa keselamatan bagi umat manusia yang berdosa. "Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia." (Ibrani 2:9). Jadi, kata kunci keselamatan kekal adalah penebusan melalui penderitaan.

Ketika terpaku dan tergantung di kayu salib sebelum mengembuskan nafas terakhir Yesus tetap menunjukkan hati Nya yang begitu mulia, di mana Ia berdoa, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34). Ini bermakna bahwa kematian Nya di kayu salib adalah sebagai jalan pengampunan terhadap dosa. Inilah yang menjadi tujuan Ia datang ke dunia yaitu membawa pengampunan bagi orang yang berdosa. "Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Matius 9:13). Melalui kematian Nya di Golgota, yang disebut pula Kalvari, karya penebusan dosa tergenapi. " bahwa Kristus telah mati karena dosa dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci," (1 Korintus 15:3). Bagi kebanyakan orang kematian selalu identik dengan air mata dan kesedihan yang mendalam. Namun kematian Kristus bagi orang percaya adalah sebuah peristiwa besar, sebab kematian Nya justru adalah kehidupan bagi orang percaya. Allah Bapa tahu batas kekuatan kita, di mata kita pasti tidak sanggup membebaskan diri dari segala belenggu dosa tanpa adanya penumpahan darah Putera Nya.

Dengan kata lain, tanpa kematian Kristus tidak ada jalan keselamatan bagi manusia. Jadi kematian Kristus adalah bagian dari rencana Bapa menggenapi janji Nya; dan pekerjaan penebusan dosa hanya dilakukan satu kali saja karena nilai pengorbanan penebusan Yesus sudah sempurna (baca Ibrani 10); oleh Nya kita diselamatkan.

Dasar penebusan manusia berdosa adalah melalui kematian Yesus Kristus, yang disalibkan dan darah Nya yang tercurah di atas Golgota

Sidang BPL GIDI Wilayah Bogo 28 -31 Market 2022

Dukung & Doakan:
Kegiatan Rapat Tahunan BPL Wilayah Bogo ke-21 Tahun 2022 yang akan diselenggarakan di Klasis Lembah Balim Wamena dengan jadwal:
1. Tgl 28 Maret 2022, Terima Tamu & Undangan diakhiri KKR di Yerusalem.
2. Tgl 29 Maret 2022, Pembukaan Acara Rapat Tahunan & Laporan Pel. Wil. Bogo.
3. Tgl 30 Maret 2022, Laporan 14 Klasis, Pembahasan Komisi & Pleno
4. Tgl 31 Maret 2022, Seminar & KKR di Yerusalem serta Penutupan BPL, wa

Sidang BPL GIDI WIlayah Bogo 28-31 Maret 2022: MENGERJAKAN MISI PENYELAMATAN (2)

 


Tema: MENGERJAKAN MISI PENYELAMATAN (2)

Nas: Yohanes 19:16b - 27
"Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Mereka membagi bagi pakaian Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit prajurit itu." Yohanes 19:24b
Penderitaan Yesus di kayu salib merupakan cara yang dipilih Bapa untuk membawa keselamatan bagi umat manusia yang berdosa. "Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia." (Ibrani 2:9). Jadi, kata kunci keselamatan kekal adalah penebusan melalui penderitaan.
Ketika terpaku dan tergantung di kayu salib sebelum mengembuskan nafas terakhir Yesus tetap menunjukkan hati Nya yang begitu mulia, di mana Ia berdoa, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34). Ini bermakna bahwa kematian Nya di kayu salib adalah sebagai jalan pengampunan terhadap dosa. Inilah yang menjadi tujuan Ia datang ke dunia yaitu membawa pengampunan bagi orang yang berdosa. "Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Matius 9:13). Melalui kematian Nya di Golgota, yang disebut pula Kalvari, karya penebusan dosa tergenapi. " bahwa Kristus telah mati karena dosa dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci," (1 Korintus 15:3). Bagi kebanyakan orang kematian selalu identik dengan air mata dan kesedihan yang mendalam. Namun kematian Kristus bagi orang percaya adalah sebuah peristiwa besar, sebab kematian Nya justru adalah kehidupan bagi orang percaya. Allah Bapa tahu batas kekuatan kita, di mata kita pasti tidak sanggup membebaskan diri dari segala belenggu dosa tanpa adanya penumpahan darah Putera Nya.
Dengan kata lain, tanpa kematian Kristus tidak ada jalan keselamatan bagi manusia. Jadi kematian Kristus adalah bagian dari rencana Bapa menggenapi janji Nya; dan pekerjaan penebusan dosa hanya dilakukan satu kali saja karena nilai pengorbanan penebusan Yesus sudah sempurna (baca Ibrani 10); oleh Nya kita diselamatkan.
Dasar penebusan manusia berdosa adalah melalui kematian Yesus Kristus, yang disalibkan dan darah Nya yang tercurah di atas Golgota

Gereja INJILI Di Indonesia Harus Berkiblat ke Melanesia?

Jawabannnya Secara Politik ke Melanesia, Secara Gerejawi Bertanggung-Jawab Menginjili Indonesia

Kami masih berdoa Gereja ini menjadi berkat buat orang Indonesia, sebagai balasan atas kejahatan orang Indonesia menguasai Tanah Papua dan membunuh Bangsa Papua.

GIDI bertanggungjawab meng-Kristen-kan Indonesia. 

GIDI menjadi berkat utk Indonesia, dan GIDI sebagai gereja di Indonesia terus menyuarakan aspirasi Bangsa Papua sebagai bagian dari misinya membebaskan Bangsa 2 dari penjajahan dan perbudakan dengan kakuatan Injil Kristus.

Ini berbeda dari Kasus Gereja Baptist dan Kemah Injil dan Katolik dan Pantekosta yang masuk bersama dan sebagai bagian packet NKRI, karena you kita keluar ke West Papua dan Melanesia.

GIDI dari West Papua Melanesia menjangkau Negara islam terbesar di Duníà. Itu Peperangan sesungguhnya kita semangati dan terus doakan!

Wa wa wa

Wanelak, Ala obatne Eke nil kigi mende yik o nogari:

Program Pelayanan *Natal Safari Bogo* bersama BPP & BPW dalam *Christmas Home* Thn ini, Allah bekerja secara nyata, dan itu bukti *Power Roh Kudus* yg turun dalam Kesatuan & Persatuan *Kader Gereja & Pemerintah Wilayah Bogo* munuju *Bogo Bangkit 'tuk meraih Kemenangan mutlak*.  

Jadi, menurut saya *bukan saja Natal itu suatu KEAJAIBAN tapi justru Keajaiban itu akan terjadi di Tahun 2022-2023*. 
Mari, kita terus bergandeng tangan maju bersama agar benar-benar *Pemulihan terjadi & Kebangkitan Api Semangat menyala* sehingga *TUHAN saja yg dipermuliakan*. 

PESAN NATAL UTK THN BARU 2022:
 *Wilayah Bogo yi Ala iyok bpiwagemo, Wagagerek ninombaelak inoba Elalkigemo ma, nit yi elalin apburi agorik nen, nit ninoba elalka kuok nen, naurumi-nogari nininggi yidluk-yidluk Ala Eyabu Eruok o* wanelak,

PASTI;

Dalam Kebersamaan & Kesatuan kerja akan ada *KEKUATAN yg membawa KEMENANGAN MUTLAK* wa wa wa 

Haleluyah-Amin.
© all rights reserved
made with by templateszoo