Showing posts with label Wutung. Show all posts
Showing posts with label Wutung. Show all posts

KKB Papua Diusir Warga Papua Nugini di Perbatasan, Kerap Bikin Masalah Hingga Reaksi Tokoh PNG

No comments 0
SERAMBINEWS.COM - Keberadaan kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua terendus di wilayah Papua Nugini (PNG).

Sejumlah tokoh masyarakat Papua Nugini (PNG) pun terang-terangan menolak keberadaan para separatis Papua Merdeka itu di wilayahnya.

Ray Tanji, tokoh masyarakat di Wutung, Vanimo, Propinsi West Sepik yang berbatasan langsung dengan distrik Skouw, Jayapura, Indonesia, meminta aparat berwenang untuk memulangkan KKB Papua Merdeka ke wilayah Jayapura.

Dalam wawancara dengan program radio ABC Pacific Beat, Ray Tanji menyatakan kehadiran elemen KKB Papua di PNG telah menimbulkan banyak masalah bagi warga perbatasan.

"Saya minta Pemerintah Papua Nugini untuk menyingkirkan orang-orang (KKB Papua) ini dari Vanimo, karena merekalah yang menimbulkan masalah di perbatasan selama ini," ujarnya.

Tanji juga meminta aparat PNG untuk menyelidiki kehadiran dan aktivitas elemen KKB Papua demi menjaga keamanan warga setempat.

Menurut dia, warga masyarakat PNG di perbatasan telah menderita akibat ulah para KKB Papua Merdeka tersebut.

"Pemerintah PNG hanya perlu melakukan satu hal, pulangkan mereka ke wilayahnya sendiri, yaitu ke Jayapura," ucap Ray Tanji.

Pada 1 Oktober lalu, dilaporkan adanya kontak senjata antara aparat militer RI dan elemen yang terkait dengan gerakan Papua Merdeka.

Akibat peristiwa itu, pihak berwenang langsung menutup akses perbatasan Indonesia - PNG di Skouw-Wutung, Distrik Muara Tami, Jayapura.

Penutupan perbatasan dibenarkan oleh Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Pengamanan Perbatasan (Pamtas) RI-PNG dari Yonif 713/ST Mayor Inf Dony Gredinand.

Menurut dia, bunyi tembakan terdengar beberapa kali pada Pukul 06.00 WIT menyebabkan kekhawatiran di kalangan warga perbatasan.

Mayor Dony juga membantah adanya aparat keamanan RI yang terkena tembakan.

"Tidak ada yang kena tembakan atau lainnya, warga di perbatasan aman semua," ujar Mayor Dony.

Secara terpisah Komandan Kepolisian Propinsi West Sepik PNG Moses Ibsagi menjelaskan kepada ABC bahwa pihaknya belum pernah mendengar adanya aktivitas KKB Papua Merdeka di wilayah itu.

"Hal ini baru saya dengar. Tim saya sudah ke sana dan menemukan bahwa kontak senjata itu terjadi di dalam wilayah Indonesia, bukan di wilayah PNG," kata Ibsagi.

Dia menjelaskan bahwa warga PNG untuk sementara diminta tidak mengunjungi perbatasan karena pertimbangan keamanan.

"Kami minta para warga untuk jangan menyeberang perbatasan untuk sementara sampai situasi membaik," katanya.

Sementara itu, pada Jumat (4/10/2019) pekan lalu, warga Wutung sepakat mengajukan petisi kepada Pemerintah PNG untuk merelokasi para pengungsi asal Papua yang kini bermukim di Wutung dan wilayah lain di pesisir barat Vanimo.

Petisi ini, katanya, dimaksudkan untuk mengatasi risiko keamanan bagi para pengungsi dan warga setempat di perbatasan.

Pemuka masyarakat setempat menyatakan selama masih ada pengungsi di wilayah itu, maka warga setempat tetap rawan untuk mendapat serangan dari aparat.

Sekolah-sekolah diliburkan dan angkutan umum diminta untuk tidak mengambil penumpang PNG yang akan berangkat ke Pasar Batas yang terletak di wilayah RI.

Warga melaporkan kontak senjata antara militer RI dan KKB Papua tersebut terjadi di sekitar Pasar Batas.

Kelompok yang menamakan dirinya West Papuan Revolutionary Army (WPRA) mengaku bertanggung jawab atas kontak senjata tersebut.

Selama ini aktivitas menyeberang perbatasan baik melalui darat maupun laut terjadi di sekitar pesisir utara PNG di dekat Jayapura.

Dalam situasi normal, sedikitnya 100 warga PNG masuk ke Jayapura dan mengalami peningkatan pesat pada hari pasar di distrik Skouw, dekat perbatasan.(*)


Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul KKB Papua Diusir Warga Papua Nugini di Perbatasan, Kerap Bikin Masalah Hingga Reaksi Tokoh PNG, https://aceh.tribunnews.com/2019/10/07/kkb-papua-diusir-warga-papua-nugini-di-perbatasan-kerap-bikin-masalah-hingga-reaksi-tokoh-png?page=3.

Editor: faisal

KKB Papua Diusir Warga Papua Nugini di Perbatasan, Kerap Bikin Masalah Hingga Reaksi Tokoh PNG

No comments 0
SERAMBINEWS.COM - Keberadaan kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua terendus di wilayah Papua Nugini (PNG).

Sejumlah tokoh masyarakat Papua Nugini (PNG) pun terang-terangan menolak keberadaan para separatis Papua Merdeka itu di wilayahnya.

Ray Tanji, tokoh masyarakat di Wutung, Vanimo, Propinsi West Sepik yang berbatasan langsung dengan distrik Skouw, Jayapura, Indonesia, meminta aparat berwenang untuk memulangkan KKB Papua Merdeka ke wilayah Jayapura.

Dalam wawancara dengan program radio ABC Pacific Beat, Ray Tanji menyatakan kehadiran elemen KKB Papua di PNG telah menimbulkan banyak masalah bagi warga perbatasan.

"Saya minta Pemerintah Papua Nugini untuk menyingkirkan orang-orang (KKB Papua) ini dari Vanimo, karena merekalah yang menimbulkan masalah di perbatasan selama ini," ujarnya.

Tanji juga meminta aparat PNG untuk menyelidiki kehadiran dan aktivitas elemen KKB Papua demi menjaga keamanan warga setempat.

Menurut dia, warga masyarakat PNG di perbatasan telah menderita akibat ulah para KKB Papua Merdeka tersebut.

"Pemerintah PNG hanya perlu melakukan satu hal, pulangkan mereka ke wilayahnya sendiri, yaitu ke Jayapura," ucap Ray Tanji.

Pada 1 Oktober lalu, dilaporkan adanya kontak senjata antara aparat militer RI dan elemen yang terkait dengan gerakan Papua Merdeka.

Akibat peristiwa itu, pihak berwenang langsung menutup akses perbatasan Indonesia - PNG di Skouw-Wutung, Distrik Muara Tami, Jayapura.

Penutupan perbatasan dibenarkan oleh Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Pengamanan Perbatasan (Pamtas) RI-PNG dari Yonif 713/ST Mayor Inf Dony Gredinand.

Menurut dia, bunyi tembakan terdengar beberapa kali pada Pukul 06.00 WIT menyebabkan kekhawatiran di kalangan warga perbatasan.

Mayor Dony juga membantah adanya aparat keamanan RI yang terkena tembakan.

"Tidak ada yang kena tembakan atau lainnya, warga di perbatasan aman semua," ujar Mayor Dony.

Secara terpisah Komandan Kepolisian Propinsi West Sepik PNG Moses Ibsagi menjelaskan kepada ABC bahwa pihaknya belum pernah mendengar adanya aktivitas KKB Papua Merdeka di wilayah itu.

"Hal ini baru saya dengar. Tim saya sudah ke sana dan menemukan bahwa kontak senjata itu terjadi di dalam wilayah Indonesia, bukan di wilayah PNG," kata Ibsagi.

Dia menjelaskan bahwa warga PNG untuk sementara diminta tidak mengunjungi perbatasan karena pertimbangan keamanan.

"Kami minta para warga untuk jangan menyeberang perbatasan untuk sementara sampai situasi membaik," katanya.

Sementara itu, pada Jumat (4/10/2019) pekan lalu, warga Wutung sepakat mengajukan petisi kepada Pemerintah PNG untuk merelokasi para pengungsi asal Papua yang kini bermukim di Wutung dan wilayah lain di pesisir barat Vanimo.

Petisi ini, katanya, dimaksudkan untuk mengatasi risiko keamanan bagi para pengungsi dan warga setempat di perbatasan.

Pemuka masyarakat setempat menyatakan selama masih ada pengungsi di wilayah itu, maka warga setempat tetap rawan untuk mendapat serangan dari aparat.

Sekolah-sekolah diliburkan dan angkutan umum diminta untuk tidak mengambil penumpang PNG yang akan berangkat ke Pasar Batas yang terletak di wilayah RI.

Warga melaporkan kontak senjata antara militer RI dan KKB Papua tersebut terjadi di sekitar Pasar Batas.

Kelompok yang menamakan dirinya West Papuan Revolutionary Army (WPRA) mengaku bertanggung jawab atas kontak senjata tersebut.

Selama ini aktivitas menyeberang perbatasan baik melalui darat maupun laut terjadi di sekitar pesisir utara PNG di dekat Jayapura.

Dalam situasi normal, sedikitnya 100 warga PNG masuk ke Jayapura dan mengalami peningkatan pesat pada hari pasar di distrik Skouw, dekat perbatasan.(*)


Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul KKB Papua Diusir Warga Papua Nugini di Perbatasan, Kerap Bikin Masalah Hingga Reaksi Tokoh PNG, https://aceh.tribunnews.com/2019/10/07/kkb-papua-diusir-warga-papua-nugini-di-perbatasan-kerap-bikin-masalah-hingga-reaksi-tokoh-png?page=3.

Editor: faisal

West Papua unrest: Shootout prompts border closure

No comments 0
Land and sea access between Indonesia and Papua New Guinea has been closed after a shootout at the border.

This follows reports of an Indonesian troop build-up along the border from communities in PNG's West Sepik province.
Indonesian-ruled West Papua has been gripped by weeks of protests and violent unrest which has left dozens of people dead.
Amid a security forces crackdown, concern has been raised in neighbouring PNG about another potential influx of West Papuan refugees
PNG's Immigration and Citizenship Authority has advised that following a shootout the border is closed to nationals from both sides until further notice.
It said shopping at the Batas market, close to the border on the Indonesian side, as well as movement into the West Papuan capital Jayapura was "completely banned".
Earlier this week, PNG's EMTV reported villagers at Wutung on the PNG side of the border as saying school children were ordered to return home.
Usually, most land and sea cross-border movement occurs around Papua New Guinea's north coast.
Source: RNZ

Buru OPM Pelaku Penembakan, Kodam Koordinasi dengan Tentara PNG

No comments 0
SKOUW - Kodam XVII/Cenderawasih dan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-PNG Yonif 713/Satya Tama langsung berkoordinasi dengan Tentara Papua Nugini (Papua New Guinea-PNG) Pasca-penembakan yang terjadi di perbatasan, Selasa 1 Oktober 2019 kemarin.

Karena dari pantauan drone milik Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-PNG Yonif 713/Satya Tama pelaku berjumlah dua orang menggunakan satu pucuk senjata. Mereka mengeluarkan tembakan udara sebanyak tiga kali setelah itu ke dua orang tersebut melarikan diri dan bersembunyi di sebuah gubuk yang berada di PNG yakni di Wutung.

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel Cpl Eko Daryanto mengungkapkan, saat ini Kodam XVII/Cenderawasih dan Satgas Pamtas 713/ST sedang berkoordinasi dengan aparat keamanan di negara PNG karena pelaku sudah masuk di wilayah perbatasan Negara tersebut.

Baca Juga:



“Akibat dari kejadian tersebut hingga saat ini pagar perbatasan RI-PNG ditutup sementara serta perekonomian di Pasar Skouw ditutup sementara waktu hingga situasi benar-benar dinyatakan aman,” timpalnya.

Menurut Kapendam, Kodam XVII/Cenderawasih telah kantongi identitas pelaku penembakan di perbatasan Republik Indonesia dan Papua New Guinea (PNG) di Distrik Muara Tami. Dugaan sementara dilakukan oleh Tentara Revolusi West Papua (Organisasi Papua Merdeka) pimpinan Matias Wenda.

"Memang benar pada Selasa pagi terdengar tembakan sebanyak tiga kali. Kemudian anggota yang berada di posko perbatasan lakukan siaga membuat dua tim. Selanjutnya pasukan melakukan penyisiran di arah tempat terdengan bunyi tembakan tersebut dan melepas satu buah drone dan mendapati dua orang berlarian memegang satu pucuk senjata. Kedua orang tersebut diduga merupakan anak buah Matias Wenda,” 
tandas Kapendam.

(sms)

Security Issues Closes Down The PNG - West Papua Border at Wutung

PNG - Indo border closed today due to security issues. Early morning gunshots in the nearby bushes warrants heavy presence of both PNG and Indo soldiers here,’ a PNG border resident advised in a Social Media post this morning.
Wutung Primary School students were also reportedly sent home from school, due to the disturbance.

This follows weeks of protests and unrest across the border in the Indonesian Province of Papua – after violence broke out in August in the Indonesian Province of West Papua (two different Provinces) - during which more than 50 people have reportedly been killed, hundreds of people have reportedly been injured, buildings and property burned to the ground and trashed.

Papua Province lays adjacent to West Sepik Province in neighbouring Papua New Guinea.

Social Media has been flooded with videos, images and posts of the ongoing protests by West Papuans - many painted in the Red, white and blue colours of the banned West Papuan Morning Star flag - demanding Self Determination and Independence from Indonesia, despite the Indonesian Government moving in military reinforcements, and cutting off internet access purportedly to stop the spread of misinformation.

Internet access or not; news from ‘on the ground’ sources shows no signs of protests slowing down altogether or ceasing completely until a new generation of West Papuans (or Papuans) achieve their goal in gaining Self Determination and Independence from Indonesia.

The increased risk of negative spill over effects into Papua New Guinea and the impact on border trade & tourism relations is of concern to former long serving PNG Prime Minister Peter O’Neill, who in 2015 said: "I think, as a country, time has come for us to speak about the oppression of our people there."

By the end of 2018 the O’Neill Government had granted citizenship of PNG for free to more than 1,300 West Papuans living in PNG.

O’Neill – who last year also advocated for the West Papuan issue to be taken to the United Nations by Pacific Island Nation Regional Members - had the K10,000 citizenship application fee waived (set aside) and made free for West Papuan refugees.

In February this year– after being briefed on the situation at the border – O’Neill, as Prime Minister, personally paid a visit to the border and expressed disappointment at being ‘told lies’ about the real situation at the border.

Earlier tonight, O'Neill - who as PM promised to send a team to the border, and planned on returning later this year to personally follow up on projects for Wutung - said:

"The cries of the people of West Papua cannot be ignored by both the international community and the government of Indonesia. The constant human rights abuses experienced by Melanesians is unacceptable and warrants us to voice our concerns. PNG as the largest Melanesian brother can not continue to remain silent."

Pictured: The Morning Star Flag (on the right) flying alongside the PNG Flag (in 2015).Source: Facebook.com

Terdengar 3 Tembakan di Wilayah Perbatasan RI - PNG, Seorang Anggota TNI Dilaporkan Terluka

No comments 0
Chanry Andrew Suripatty

Situasi perbatasan RI - PNG tepatnya di Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua,
memanas. Ilustrasi/Dok/SINDOnews
SKOW - Situasi perbatasan RI - PNG tepatnya di Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, memanas. Terdengar bunyi tembakan beberapa kali di wilayah tersebut, Selasa (1/10/2019).

Aparat Keamanan dari TNI , Satgas Pengamanan Perbatasan RI-PNG Yonif 713/Satya Tama (ST) yang bertugas di daerah itu mendengar bunyi tembakan tiga kali sekitar pukul 06.45 WIT.

"Benar adanya suara tembakan. Tapi saya tegaskan ini bukan penembakan, tapi suara tembakan yang berbunyi tiga kali dari arah penampungan bak air, di sekitar perbatasan," kata Perwira Penerangan Yonif 713/ST, Letda Arm Jeckson Siallagan.

Jeckson menjelaskan, posisi bak penampungan air ke pos penjagaan Satgas berjarak 250 meter. Setelah terdengar tembakan, langsung dilakukan penyisiran. Tim yang menyisir dibagi menjadi dua, yakni ke arah pagar perbatasan dan tim lainnya ke arah belakang pos polisi. "Pasca-kejadian ini, kami meningkatkan pengamanan menjadi Siaga 1, untuk antisipasi keamanan," ujarnya.

Tim 1 DPP lettu Inf Aji Satrio utomo (Pasi ops Satgas) dengan jumlah 11 personel melaksanakan penyisiran ke arah PLBN Skouw arah pagar perbatasan. Tim 2 DPP letda Inf Jekson Sialaggan, berjumlah 13 personel menyisir ke arah Belang Pospol.

Dari informasi yang berhasil dihimpun, dalam kejadian tersebut, Lettu Inf Sulaiman ( Danki Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 713) terkena Rekolset tembakan lawan di tangan kiri. Saat ini korban rencananya akan dievakuasi ke RS Marten Indey.
(wib)

Suara Tembakan di Perbatasan RI - PNG, Seorang TNI Dilaporkan Terluka

Situasi perbatasan RI - PNG tepatnya di Distrik Muara Tami, Kota Jayapura,
 Papua, memanas. (Ilustrasi/Dok/SINDOnews)
 JAYAPURA - Situasi perbatasan RI - PNG, tepatnya di Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, memanas. Terdengar bunyi tembakan beberapa kali di wilayah tersebut, Selasa (1/10/2019).

Informasi dihimpun, dalam kejadian tersebut, Lettu Inf Sulaiman (Danki Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 713) terkena Rekolset tembakan lawan di tangan kiri. Saat ini korban rencananya akan dievakuasi ke RS Marten Indey.

Aparat Keamanan dari TNI, Satgas Pengamanan Perbatasan RI-PNG Yonif 713/Satya Tama (ST) yang bertugas di daerah itu mendengar bunyi tembakan tiga kali sekitar pukul 06.45 WIT.

"Benar adanya suara tembakan. Tapi saya tegaskan ini bukan penembakan, tapi suara tembakan yang berbunyi tiga kali dari arah penampungan bak air, di sekitar perbatasan," kata Perwira Penerangan Yonif 713/ST, Letda Arm Jeckson Siallagan.

Jeckson menjelaskan, posisi bak penampungan air ke pos penjagaan Satgas berjarak 250 meter. Setelah terdengar tembakan, langsung dilakukan penyisiran. Tim yang menyisir dibagi menjadi dua, yakni ke arah pagar perbatasan dan tim lainnya ke arah belakang pos polisi.

"Pasca-kejadian ini, kami meningkatkan pengamanan menjadi Siaga 1, untuk antisipasi keamanan," ujarnya.

Tim 1 DPP lettu Inf Aji Satrio utomo (Pasi ops Satgas) dengan jumlah 11 personel melaksanakan penyisiran ke arah PLBN Skouw arah pagar perbatasan. Tim 2 DPP letda Inf Jekson Sialaggan, berjumlah 13 personel menyisir ke arah Belang Pospol.

(zys)

Source: SindoNews

TNI Gunakan Drone Saat Intai 2 Anggota KKB yang Kabur ke Papua Nugini

Chanry Andrew Suripatty · Selasa, 01 Oktober 2019 - 14:38 WIB


Anggota TNI Melakukan Patroli di Perbatasan
SKOW, iNews.id – Rentetan tembakan terdengar di wilayah perbatasan Republik Indonesia (RI)-Papua Nugini (PNG), tepatnya di Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Selasa (1/10/2019). Dalam kejadian ini, seorang anggota TNI, Danki Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 713 Lettu Inf Sulaiman terluka karena terkena rekolset di tangan kiri atau peluru yang memantul setelah ditembakkan.

Perwira Penerangan Yonif 713/ST, Letda Arm Jeckson Siallagan mengatakan, aparat Satgas Pengamanan Perbatasan RI-PNG Yonif 713/Satya Tama (ST) yang menjaga daerah itu mendengar bunyi tembakan tiga kali dari arah bak penampungan air. Kejadiannya sekitar pukul 06.45 WIT tadi.

“Benar adanya suara tembakan. Saya tegaskan ini bukan penembakan, tapi suara tembakan yang berbunyi tiga kali dari arah penampungan bak air, di sekitar perbatasan,” kata Jeckson, Selasa (1/10/2019).

Jarak bak penampungan air ke pos penjagaan Satgas Pengamanan Perbatasan RI-PNG berjarak 250 meter. Usai terdengar tembakan, tim melakukan penyisiran. Tim yang dibagi menjadi dua menyisir ke arah pagar perbatasan dan tim lainnya ke arah belakang pos polisi.

“Pascakejadian ini, kami meningkatkan pengamanan menjadi siaga 1 untuk mengantisipasi keamanan,” ujarnya.

Tim yang diturunkan melakukan penyisiran pascaterdengar suara tembakan sebanyak 25 orang. Tim 1 sebanyak 11 orang dipimpin oleh Pasi Ops Satgas, Lettu Inf Aji Satrio Utomo dan menyisir ke arah PLBN Skouw arah pagar perbatasan. Sementara Tim 2 sebanyak 13 orang di bawah pimpinan Letda Inf Jekson Siallagan, menyisir ke arah belakang Pospol.

Dari informasi yang berhasil dihimpun, Lettu Inf Sulaiman yang terkena rekolset saat tembakan tersebut dievakuasi ke Rumah Sakit Marthen Indey di Kota Jayapura.
© all rights reserved
made with by templateszoo