"Karena rakyat Tionghoa atau rakyat China dan bangsa Papua bersama-sama menjadi korban diskriminasi RASIAL sistematis dan masif di Indonesia".
Oleh Gembala Dr. Socratez S.Yoman,MA
Sudah waktunya, rakyat dan bangsa Papua Barat keluar dari tempurung hoax, mitos, stigma dan label negatif penguasa kolonial modern Indonesia yang mematikan dan menghancurkan serta merendahkan martabat kemanusiaan kami dan masa depan anak dan cucu bangsa Papua. Maka, sudah saatnya dibentuk CHINA-PAPUA ROAD MAP atau dengan sebutan lain: "China-West Papua Movement Solidarity for Humanity, Equality, Friendship And Human Being Freedom". Atau Solidaritas Gerakan China-Papua Barat untuk Kemanusiaan, Kesetaraan, Persahabatan, dan Kebebasan Manusia.
Gerakan Solidaritas rakyat Tionghoa dan rakyar Papua Barat ini sangat mendesak dibentuk karena fakta sebenarnya di Indonesia, ada dua bangsa yang sama-sama menjadi korban diskriminasi RASIAL yang terlama dan terpanjang dalam sejarah di Asia yaitu dari bangsa rakyat China dan bangsa Papua Barat. Oleh karena dasar itu, melalui artikel ini, penulis membuka mata, pikiran dan hati nurani semua orang untuk melihat diskriminasi rasial secara sistematik, terstruktur, terlembaga, masif dan kolektif di Indonesia dialami rakyat Tionghoa dan bangsa Papua Barat. Di Indonesia dua bangsa ini benar-benar menjadi korban diskriminasi rasial yang kejam dan tidak manusiawi. Rakyat Tionghoa/China menjadi korban yang bermotif ekonomi
Rakyat China/Tionghoa menjadi korban diskriminasi rasial dari penguasa dan rakyat Indonesia karena motif ekonomi di Indonesia. Karena orang-orang Indonesia merasa dan juga melihat orang-orang China lebih berhasil dan maju secara ekonomi daripada orang-orang Indonesia sendiri. Penguasa dan rakyat Indonesia merasa disisihkan atau tidak mampu bersaing dengan Orang Tionghoa atau China yang lebih mendominasi dalam pergerakan bidang perekonomian di Indonesia.
Dipihak rakyat dan bangsa Papua Barat menjadi korban yang berlapis-lapis, yaitu korban rasisme, fasisme, ketidakadilan, pelanggaran berat HAM-Pemusnahan etnis Papua, militerisme, kolonialisme, kapitalisme dan korban sejarah Pepera 1969 yang cacat hukum dan moral yang dimenangkan ABRI.
Menyadari kekejaman penguasa dan rakyat Indonesia, maka Rakyat Papua harus berkomitmen dan berdiri bersama rakyat Tionghoa/Rakyat China di Indonesia supaya tidak boleh ada orang China dibunuh secara massal. Tidak boleh perempuan-perempuan China yang diperkosa oleh bangsa Melayu Jawa seperti peristiwa anti komunis tahun 1965 dan peristiwa Mei 1998 lagi.
Muhammad Kuhhibbuddin dalam buku Pramoedya Catatan dari Balik Penjara (2001:90) menuliskannya sebagai berikut:
"...kebijakan yang mendiskriminasi warga Tionghoa di era Orde Lama itu sesungguhnya diciptakan oleh ketegangan-ketegangan dan konflik-konflik sosial di masyarakat, dengan tujuan utama adalah untuk memutus hubungan antara Indonesia dengan RRC. ...bahwa diketahui itu anti-China sejak dulu, bagi Pram, sebenarnya lebih digerakkan oleh militer, terutama Angkatan Darat."
Sebaliknya, rakyat dan bangsa Papua Barat tidak boleh lagi menjadi korban kekerasan, dan diskriminasi rasial. Kita harus hentikan kekejaman Negara dan rakyat Indonesia.
Beberapa alasan utama penulis sebagai berikut:
1. China bukan imperialis apalagi kolonialis. Pemerintah China tidak pernah invasi dengan kekuatan militer dan menjadikan wilayah tersebut sebagai wilayah jajahan. Pemerintah China tidak pernah menjajah Papua barat.
2. Pemerintah China tidak pernah terlibat dalam Perjanjian New York 15 Agustus 1962, UNTEA 1962-1963.
3. Pemerintah China tidak pernah terlibat dalam masuknya PT Freeport Amerika ke Papua Barat 1967.
4. Pemerintah China tidak terlibat dalam PEPERA1969.
5. Pemerintah China tidak pernah terlibat dalam konsep mendatangkan transmigrasi Jawa ke Papua.
6. Pemerintah China tidak terlibat dalam pembuatan UU No. 21 tentang OTSUS untuk Papua.
Dari enam alasan ini terbukti, Pemerintah China tidak pernah terlibat dalam semua proses dan tindakan yang menyebabkan pelanggaran berat HAM yang menuju pada pemusnahan etnis orang asli Papua. Yang terjadi di Indonesia ialah warga Tionghoa/rakyat China menjadi korban diskriminasi rasial yang seperti dialami rakyat Papua sejak 1 Mei 1963 sampai sekarang.
Mari, seluruh rakyat dan bangsa Papua di Papua Barat, di Indonesia, di Pasifik, di Eropa, di Afrika, di Amerika berdiri bersama-sama dengan rakyat Tionghoa untuk melawan diskriminasi rasial di Indonesia. Mari, kita berjuang bersama kehormatan martabat kemanusiaan, kesetaraan, keadilan, kebebasan dan kedamaian untuk semua umat manusia.
Rakyat dan bangsa Papua perlu hidup dengan kehidupan ekonomi, pendidikan dan pelayanan kesehatan yang layak dan manusiawi di atas Tanah leluhur kami. Kami tidak kenyang dengan rekayasa hoax, mitos, stigma dan label negatif. Rakyat dan bangsa membutuhkan sahabat yang tidak menggunakan moncong senjata tapi kami membutuhkan sahabat yang berbudi luhur dan berbicara dari hati untuk memajukan kami dalam berbagai bidang. Kami bangsa yang sangat terpuruk selama 58 sejak 1 Mei 1963. Masa depan kami sangat suram dalam penguasa tangan besi Indonesia.
Rakyat dan bangsa Papua mengerti dan menyadari dan mengakui, bahwa
Presiden Xi Jinping dan rakyat China bukan bangsa Komunis. Xi Jinping dan rakyatnya ciptaan Tuhan yang memiliki kebenaran-kebenaran hakiki, memiliki nurani luhur dan rasa kemanusiaan tinggi. Istilah Komunis adalah mitos dan hoax ciptaan Negara-Negara Barat dan penguasa Indonesia demi kepentingan politik dan ekonomi mereka. Negara-negara Barat dan Indonesia tidak mau disaingi secara politik, militer dan ekonomi oleh China. Sebagian besar penduduk bumi ini dirancuni pikiran mereka dan menjadi korban kepentingan politik dan ekonomi negara-negara barat dan Indonesia. Sebagian besar penduduk dunia dipenjarakan dalam pikiran negara-negara barat supaya secara bersama-sama memusuhi dan melawan China dengan mitos komunis.
Xi Jinping pribadi dan pemimpin yang bernurani luhur karena kata-kata dan tindakannya selalu berjalan bersama. Jinping konsisten dengan perkataanya. Xi Jimping berdiri kokoh pada kebenaran hakiki untuk dirinya, keluarga, rakyatnya, bangsanya.
Akhir dari artikel ini, saya tidak akan menjadi orang China karena saya menulis tentang Xi Jinping dan rakyat China. Saya orang Lani, orang Papua, bangsa Melanesia, saya orang Kristen beraliran Baptis, dan saya percaya dan beriman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juselamat saya.
Seperti Matahari tetap matahari. Matahari tidak pernah berubah mengantikan posisi bulan atau bintang. China tetap China. Bangsa China diciptakan Tuhan sebagai manusia sama seperti kita semua, bukan dengan nama komunis.
Terimalah Salam hangat dan rasa hormat serta doa saya kepada yang mulia bapak Presiden China, Xi Jinping dan rakyat China dari Ita Wakhu Purom, Melanesia, West Papua.
Doa dan harapan penulis, artikel singkat ini menjadi berkat. Selamat Membaca. Tuhan memberkati. Waa...Waa....Kinaonak.
Ita Wakhu Purom, 13 Agustus 2021
Penulis:
1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.
2. Anggota: Dewan Gereja Papua (WPCC).
3. Anggota: Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC).
4. Anggota Baptist World Alliance (BWA).
======
Contak: 08124888458
Email: socratesyoman@gmail.com
No comments
Post a Comment